Saturday, May 18, 2019

Why did I Take Gap months to Conduct Overland Journey ?


Perjalanan Darat (Overland Journey) 4 bulan Asia Tenggara + India +Nepal + Jepang
Why did I Take Gap months to Conduct Overland Journey ?


Perjalanan ini saya mulai dari Indonesia (Riau) kemudian berlanjut ke Sumatra Barat, lalu Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Malaysia (Kuala Lumpur), Thailand, Kamboja, mengarah ke utara Vietnam, Laos, kembali ke selatan lagi yaitu Thailand, kemudian terbang ke Myanmar alih-alih mengambil jalan darat untuk kesana, kembali lagi ke Thailand, menuju ke selatan (Phuket), menembus jalur darat perbatasan Malaysia untuk ke Pulau Penang sebelum ke Kuala Lumpur dan kembali ke Indonesia karena keperluan pengurusan visa di Jakarta, mengambil penerbangan ke India, menembus perbatasan darat ke  Nepal, sebelum mengambil penerbangan ke Bali untuk melanjutkan ke negara terakhir, Jepang.
Saya di perbatasan antara India dan Nepal

Rute ini memang terkesan tidak efektif karena berulangkali saya kembali ke Indonesia, namun dikarenakan keharusan untuk kembali lagi untuk pengurusan visa dan tiket promo yang sudah saya beli jauh hari sebelumnya dengan keberangkatan dan pulang dari Indonesia, maka hal tersebut harus saya lakukan. Perjalanan jalur darat ini adalah impian saya dari dahulu, banyak beberapa kenalan traveler (kebanyakan orang luar sih), maupun penulis yang menginspirasi saya untuk melakukan hal ini. Menurut saya, perjalanan darat (overland journey) memungkinkan saya untuk melihat lebih banyak tentang dunia, bukan hanya tempat wisatanya, namun orang dan budayanya karena saya cinta dengan hal tersebut dan itulah tujuan saya, berbeda dengan perjalanan dengan yang menitikberatkan pada penggunaan moda pesawat terbang yang memang lebih efektif dan nyaman, tetapi kurang memungkinkan saya untuk mendapatkan tujuan tersebut.
Namun, saya harus menunggu beberapa tahun untuk memiliki modal, pengetahuan, dan keberanian untuk mewujudkan hal ini secara mandiri. Sehingga akhirnya, pertengahan Januari 2018 saya mengundurkan diri dengan baik dari tempat saya bekerja dan mengeksekusi rencana ini. Perjalanan dengan jangka waktu lama seperti ini biasa disebut dengan gap year di luar negeri, biasanya orang melakukannya karena banyak hal, dari tujuan untuk rekreasi, melihat dunia, finding their self, volunteering di luar negaranya (biasanya orang dari negara maju dan jiwa sosial tinggi nih), sampai menyembuhkan diri dari trauma yang menurut mereka tidak bisa disembuhkan jika mereka tetap tinggal di tempat lama mereka (pernah liat film Eat, Pray, Love kan? Ya kira-kira demikian). Meskipun, perjalanan saya karena cuma 4 bulan ya jadi gak bisa disebut  gap year juga, jadi saya paksakan pakai istilah gap months (entah benar atau tidak terminologinya).
Kesan yang saya dapatkan dari perjalanan ini macam-macam lah. Mulai dari manis , asam, asin, sampai pahit (sakit, keracunan, ditipu/kena scam meskipun tidak sampai mengancam nyawa sih). Meskipun demikian, saya gak pernah menyesali keputusan ini, meskipun harus meninggalkan dream job yang sudah saya mulai dari lebih dari 5 tahun lalu. Saya selalu berpikir, masa muda itu adalah suatu privilege yang gak bakalan bisa didapatkan kembali, jadi saya mengatakan pada diri saya saya harus sekarang juga mengeksekusi rencana lama ini sebelum nantinya saya bakal kembali ke kehidupan normal seperti layaknya masyarakat pada umumnya (memiliki keluarga, melanjutkan keturunan, kembali berkarier atau memulai bisnis, berbakti pada negara, dll).