Perjalanan Darat (Overland Journey) 4 bulan Asia Tenggara + India
+Nepal + Jepang
Why did I Take Gap months to Conduct Overland Journey ?
Perjalanan ini
saya mulai dari Indonesia (Riau)
kemudian berlanjut ke Sumatra Barat,
lalu Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Malaysia (Kuala Lumpur), Thailand,
Kamboja, mengarah ke utara Vietnam, Laos, kembali ke selatan lagi yaitu Thailand, kemudian terbang ke Myanmar
alih-alih mengambil jalan darat untuk kesana, kembali lagi ke Thailand, menuju ke selatan (Phuket), menembus
jalur darat perbatasan Malaysia untuk
ke Pulau Penang sebelum ke Kuala Lumpur dan kembali ke Indonesia karena keperluan pengurusan visa di Jakarta, mengambil
penerbangan ke India, menembus
perbatasan darat ke Nepal, sebelum mengambil penerbangan ke Bali untuk melanjutkan ke
negara terakhir, Jepang.
Saya di perbatasan antara India dan Nepal |
Rute ini
memang terkesan tidak efektif karena berulangkali saya kembali ke Indonesia,
namun dikarenakan keharusan untuk kembali lagi untuk pengurusan visa dan tiket
promo yang sudah saya beli jauh hari sebelumnya dengan keberangkatan dan pulang
dari Indonesia, maka hal tersebut harus saya lakukan. Perjalanan jalur darat
ini adalah impian saya dari dahulu, banyak beberapa kenalan traveler
(kebanyakan orang luar sih), maupun penulis yang menginspirasi saya untuk
melakukan hal ini. Menurut saya, perjalanan darat (overland journey) memungkinkan saya untuk melihat lebih banyak
tentang dunia, bukan hanya tempat wisatanya, namun orang dan budayanya karena
saya cinta dengan hal tersebut dan itulah tujuan saya, berbeda dengan
perjalanan dengan yang menitikberatkan pada penggunaan moda pesawat terbang
yang memang lebih efektif dan nyaman, tetapi kurang memungkinkan saya untuk
mendapatkan tujuan tersebut.
Namun, saya
harus menunggu beberapa tahun untuk memiliki modal, pengetahuan, dan keberanian
untuk mewujudkan hal ini secara mandiri. Sehingga akhirnya, pertengahan Januari
2018 saya mengundurkan diri dengan baik dari tempat saya bekerja dan
mengeksekusi rencana ini. Perjalanan dengan jangka waktu lama seperti ini biasa
disebut dengan gap year di luar
negeri, biasanya orang melakukannya karena banyak hal, dari tujuan untuk
rekreasi, melihat dunia, finding their
self, volunteering di luar
negaranya (biasanya orang dari negara maju dan jiwa sosial tinggi nih), sampai
menyembuhkan diri dari trauma yang menurut mereka tidak bisa disembuhkan jika
mereka tetap tinggal di tempat lama mereka (pernah liat film Eat, Pray, Love
kan? Ya kira-kira demikian). Meskipun, perjalanan saya karena cuma 4 bulan ya
jadi gak bisa disebut gap year juga, jadi saya paksakan pakai
istilah gap months (entah benar atau
tidak terminologinya).
Kesan yang
saya dapatkan dari perjalanan ini macam-macam lah. Mulai dari manis , asam,
asin, sampai pahit (sakit, keracunan, ditipu/kena scam meskipun tidak sampai mengancam nyawa sih). Meskipun demikian,
saya gak pernah menyesali keputusan ini, meskipun harus meninggalkan dream job yang sudah saya mulai dari
lebih dari 5 tahun lalu. Saya selalu berpikir, masa muda itu adalah suatu privilege yang gak bakalan bisa
didapatkan kembali, jadi saya mengatakan pada diri saya saya harus sekarang
juga mengeksekusi rencana lama ini sebelum nantinya saya bakal kembali ke
kehidupan normal seperti layaknya masyarakat pada umumnya (memiliki keluarga, melanjutkan
keturunan, kembali berkarier atau memulai bisnis, berbakti pada negara, dll).